Eksistensi di Tengah Globalisasi

SEPERCIK KRITISASI AJARAN
Chairul lutfi*

Kontempalasi dalam berbagai multidimentasi tafsir dan fikir akan melahirkan banyak persepsi dan pandangan. Sudah terbukti bahwa dalam realita sekarang ini banyak diketemukan konsepsi berbeda-beda, dan tak jarang benturan aliran dan faham menjadi polemik yang berkepanjangan di antara muslim. Konteks sekarang ini sudah sewajarnya dalam memahami kultural agama perlu digaris bawahi dan penekanan “memahami”, bukan memvonis hal-hal baru yang notabene berbeda dengan keselarasan yang kita miliki. Bahkan hal yang paling urgen “mengkafirkan” menyesatkan dan memurtadkan golongan lain mewarnai aksi saling mempertahankan argumen, membenarkan dan merasa paling benar.
Subyektifitas berlaku, memanfaatkan dalil-dalil dalam al-qur’an sebagai jalan tengah mencari landasan pergerakannya. Tak jarang yang katanya nasakh mansukh ayat-ayat ahkam mengalami distorsi dan manipulasi. Sehingga al-quran tak berlaku sebagai pedoman melainkan sebagai kambing hitam yang menghalalkan segala cara ditempuh untuk mencapai tujuan. Innalillah
Menyikapi problematika yang terjadi tidak hanya memandang sebelah mata saja, dan harus dari berbagai aspek dan tinjauan. Maka, lahirlah golongan tengah dari berbagai kecamuk tersebut ialah ahlus sunnah wal jama’ah yang memang sejak era sahabat mendapat dukungan yang tidak sedikit dalam menyikapi pergolakan paham pada waktu itu. Mengkaloborasikan antara dua kutub pemikiran sehingga al imam abu hasan al asy’ary sebagai muassis paham tersebut banyak mencari solusi yang solusif bagi pengikutnya.
Pada konteks sekarang ini, aplikasi ajaran ahlusunnah wal jama’ah sendiri masih minoritas di tengah mayoritas muslim. Hal ini ditenggarai berbagai persoalan yang lahir di dalam islam sangat kompleks. Bahkan sudah banyak yang berpaling pada aliran-aliran lain yang katanya lebih tidak mengikat pada pengikutnya dalam hal hukum dan ubudiyah. Radikalisme, liberalisme sudah menracuni generasi muda muslim. Disadari atau tidak pasti ada “sesuatu” di balik keabsurditas pemahaman tersebut.
Islam kaffah, memang itulah yang di inginkan oleh seluruh muslim di dunia. Dalam hal aplikasi ubudiyah dan hukum yang masih berlaku saling sikut menyikut antara islam putih dan abangan. Al muhafadhoh ‘alal qodim as sholeh wal akhdu bi al jadidil ashlah (memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)
Wallau’alam……

*Ditulis sekitar 3 Tahun yang lalu

0 Response to "Eksistensi di Tengah Globalisasi"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme