Character Building For Children

BEDAH BUKU AYAH HEBAT
&
Temu Sharing Pakar Fathering Nasional
Minggu, 11 juli 2010
Sanggar Budaya Pare Kediri Jawa Timur
Oleh : Chairul Lutfi*

Dalam kontekstual sekarang ini banyak diketemukan kejadian pada anak bahwa dirinya merasa mempunyai seorang ayah melainkan seakan-akan eksistensi dari seorang ayah tersebut tidak ada. Hal ini ditenggarai oleh peran dan fungsional dari seorang ayah dalam mengambil peran dan memainkannya dalam kehidupan keluarga serta tidak dapat mewakili pengasuhan dalam transformasi pendidikan pada anak-anaknya. Sehingga dewasa ini problematika tentang dunia anak-anak sudah mewarnai sebagian besar dari aspek pendidikan di negara kita.

Fatherhungry begitulah sebagian pakar fathering menyebut penyakit yang banyak diderita oleh sebagian besar anak-anak indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Penyakit yang menyebabkan rasa lapar akan kasih sayang akan orang tua khususnya ayah yang belum dapat memberikan pengasuhan yang efektif dan aplikatif dalam mengiringi kehidupan anak pada jenjang kehidupannya. Maka terjadilah “kekosongan” pada jiwa anak yang terkadang banyak menjadikan penyebab utama dari diri anak untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam norma kehidupan.

Disinilah titik temu dimana seorang ayah bisa memposisikan dirinya sebagai kepala keluarga yang bisa membimbing seluruh anggota keluarganya terlebih anaknya kepada pengasuhan dan pendidikan yang aspiratif. Pendidikan yang tidak hanya formalitas saja melainkan juga pendidikan yang takkalah penting yaitu pendidikan karakter untuk membangun kejiwaan anak demi persiapan masa depan kelak.

Disebutkan juga dalam refrensi “tarbiyatul aulad” bahwa seorang ayah harus bisa mewakili dua aspek untuk anaknya yaitu: pertama, tentang pengasuhan yang berlandaskan pada pembangunan karakter anak dan kejiwaan anak. Kedua, tentang pendidikan yang bersumber pada penggalian kecerdasan intelektual anak. Sehingga terjadi sinergi antara kecerdasan emosional dan intelektual anak dalam mengantisipasi kekosongan yang akan terjadi pada dua aspek tersebut.

Sekarang bagaimana kita membaca kejadian dan kasus-kasus yang marak mewarnai negara kita yaitu penggunaan obat-obat terlarang, narkoba, miras, kekerasan, dan tawuran pelajar sejumlah kasus lain yang notabene dilakukan oleh sebagian besar anak-anak bangsa ? serta bagaimana memberikan solusi yang solutif dalam mengatasi dan memberikan kesadaran tentang hal itu pada anak-anak tersebut?.

Sudah banyak orang mencoba untuk bisa memberi pencerahan dan bimbingan dari para aparat hukum sampai aktifis kesehatan, LSM, dan lainnya. Tapi konstribusi yang posistif hanya berdampak sedikit sekali pada anak-anak bangsa. Bahkan pendidikan sekolah formal yang diharapkan bisa untuk memberikan pendidikan yang optimal dan efektif tidak bisa mengatasinya. Justru banyak melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas intelektual akan tetapi sangat bobrok dalan moral. Hal inilah penyebab para penerus bangsa yang akan membawa arus perubahan pada negara tidak bisa berjalan pada poros utama, terjadi penyimpangan pada tugas-tugas dan praktek-praktek KKN pada pelaku oknum negara.

Semua itu menjadi rumusan yang tidak hanya tugas perorangan melaikan tugas bersama untuk bisa memperbaiki dan mengawali dari keluarga masing-masing. Penumpukan emosi yang terus terjadi pada anaklah yang menjadi penyebab akan hal itu. Seorang ayah diharapkan bisa memainkan peran dan bermain peran untuk bisa mengisi hal-hal yang banyak dibutuhkan pada diri anaknya. Tidak hanya mengejar kekayaan materi dan memburu kebutuhan hidup sehari-hari sehingga disibukkan oleh jam kantor dan pekerjaan saja.

Butuh bimbingan dan pengasuhan pada diri anak, tidak hanya ditipkan pada baby sister dan orang tua malah asyik-asyiknya mengejar karir di luar keluarga. Yang ujung-ujungnya berobsesi pada masa depan anak akan tetapi malah terjadi hal negatif dan kekosongan pada anak yang jarang dan tidak diberi sentuhan kasih sayang dari orang tua. Disinilah kewajiban bagi para kepala keluarga yang harus banyak memberikan peran penting dalam mengkader anak-anaknya ke dalam kebaikan hidup kedepan. Sehingga bisa menciptakan anak-anak bangsa yang mampu membawa deru perubahan yang diharapkan.

*Mahasiswa Fak Syari’ah (HBS) UIN Maliki Malang Smt.I

0 Response to "Character Building For Children"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme